Setiap kampus pasti memiliki perhimpunan
atau organisasi mahasiswa. Mulai dari tingkat prodi sampai tingkat antar
kampus. Organisasi banyak memberikan pelajaran nyata. Itu sebabnya saya sering
menyebutnya “belajar bermasyarakat sebelum bermasyarakat yang sesungguhnya”. Organisasi
sangat berpengaruh dalam membetuk karakter. Terlebih bagi mahasiswa. Organisasi
akan menyiapakan para pelakunya untuk lebih siap bagaimana bermasyarakat yang
sebenarnya, bagaimana agar kita siap melakoni peran dalam kehidupan
bermasyarakat kelak. Organisasi juga akan mengajarkan bagaimana berkomunikasi
yang baik dan efektif dengan orang lain. Selain itu, organisasi juga
mengajarkan bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Bagaimana belajar dipimpin,
bagaimana memahami lawan bicara dengan karakter yang berbeda-beda. Bagaimana
mengkoordinir sebuah event. Semua pembelajaran tersebut dapat dipelajari
secara kontinyu dalam organisasi.
Baca Juga: Pak Guru, Aku Tak Senang Denganmu
Saya mengenal seorang teman, waktu kelas
1 SMA benar-benar ia culun, jangankan
bersuara saat diskusi di kelas, mengangkat tangannya saja malunya minta ampun.
Alhasil, temannyapun bisa dihitung dengan jari. Namun ia sangat berbeda setelah
aktif di organisasi sekolah (pramuka dan Osis), tepat di kelas 3 SMA, ia selalu
menjadi terdepan dalam setiap kegiatan sekolah. Saat kegiatan Imtaq Jum’at, Ia
menjadi langganan sebagai penceramah, saat acara tujuh belasan, ia menjadi
ketua regu di lomba gerak jalan. Gimana di kelasnya? Jangan salah, akhirnya
juga ia menjadi salah satu siswa kebanggan guru, karena cerdasnya. Yang pasti
juga, ia memiliki banyak teman akhirnya.
Seseorang yang memiliki IQ tinggi, belum
tentu memiliki EQ (emosional quetion) yang baik. Kalau bahasanya Pak Anies, “IQ
tinggi hanya akan mengantarkan seseorang untuk dipanggil wawancara, namun sikap
disiplin, inovatif dan jujur akan meninggikan karirnya.” Hal ini menunjukkan
bahwa kecerdasan emosional sangat berperan bagi baiknya masa depan seseorang.
Faktaya, tidak sedikit dari orang yang otaknya cerdas (intlek), tapi prilakunya
dalam sehari-hari tak mencermintakan isi kepalanya. Hal inilah yang akhirnya
membuat orang ber-IQ tinggi kurang pandai dalam bersosial dalam masyarakat.
Pintar namun tak supel, cerdas namun tak banyak teman.
Belajar bersosialiasi yang baik adalah
suguhan utama dalam organisasi. Di organisasi ada struktur kepengurusan, mulai
dari penasehat, ketua, wakil ketua, bendahara, bidang-bidang dan para anggota. Organisasi
yang baik adalah organisasi yang mampu menumbuhkembangkan anggotanya agar siap
dalam menjalani hidupnya di masyarakat kelak. Selain itu juga ia juga akan
mampu menciptakan rasa kepercayaan dan kecintaan yang tinggi antara pimpinan
dan bawahan. Jika terjadi sebaliknya, dimana anggota organisasi merasa tidak
nyaman dengan keegoisan para pimpinan atau para anggotanya sangat sulit diatur
apalagi jika sampai tidak mau diatur, maka
organiasi tersebut dapat dikatakan dalam kategori organisasi tidak baik alias
tidak sehat. Dan biasanya organisasi jenis ini
tidak akan bertahan lama, yang akan tersisa hanyalah papan struktur tanpa
program kerja yang jelas.
Lalu bagaimana organisasi yang baik dan
tepat untuk kita ikuti? Menurut Mas Rifa’i ini ciri-cirinya:
· Tidak
melanggar hukum agama dan hukum negara. Sebagaimana kita ketahhui bersama
akhir-akhir ini, banyak sekali organisasi yang tidak jelas covernya. Luarnya
kelihatan mengajak pada kebaian, namun dalamnya membawa kepada keburukan. Sikap
kehati-hatian harus kita miliki sebelum nimbrung dalam organisasi tersebut.
Yakinkan diri terlebih dahulu kalau organisasi tersebut tidak memiliki masalah,
terlebih masalah pada agama ataupun masalah pada negara.
· Yang
tidak mengesampingkan prioritas hidup kita. Setiap manusia punya prioritas
hidup masing-masing. Jangan sampai organisasi itu justru mengesampingkan
prioritas hidup yang sudah kita tetapkan. Misal, ada yang ingin banget dapat
rangkin satu, karena ia punya target agar dapat masuk keperguruan tinggi tanpa
tes, maka kurang bijak jika mengikuti organisasi yang terlalu menyita waktu belajarnya.
· Yang
sesuai dengan visi hidup kita. Jangan sampai memasuki organisasi yang
bertentnagan dengan visi hidup kita. Karena tiap manusia memilki visi hidup
yang diyakini. Jika visi diri dan visiorganisasi sejalan, kitapun bisa lebih
cepat menggapai visi hidup yang kita tetapkan, sementara organisasi juga akan
lebih cepat bertumbuh karena memiliki kader yang sesuai dengan visi organisasi.
Tentu akan berbeda jika bertolak belakang, hal itu bisa berdampak ganda.
Organisasi akan sulit berkembang dan selah memiliki rival di tubuh sendiri.
Sementara kita jadi serba salah, di satu sisi tidak ingin mengorbankan visi hidup
yang kita perjuangkan, di lain sisi kita berada di dalam organisasi yang justru
mematahkan visi hidup kita.
· Yang
bisa menjadi tempat belajar kita. Organisasi adalah tempat belajar yang baik.
Belajar sesuai dengan fungsi kita di organisasi terebut. Ada yang masuk PMR
karena ingin belajar bagaimana menangani penyakit dan bencana. Ada masuk
kerohanian islam untuk menekuni dakwah agamanya. Ada yang masuk pecinta alam
untuk lebih mengenal lebih dekat dengan alam. Ya, intinya kita bisa menambah
wawasan dan ilmu di organisasi yang kita masuki.
· Yang
para anggotanya bisa menjadi sahabat dan teman yang baik. Karena persahabatan
dalam organisasi biasanya cukup dekat disebabkan adanya intensitas pertemuan
yang cukup padat. Hal ini memungkinkan terpancarnya aura kebaikan, atau justru
menularnya virus keburukan. Organisasi yang kita masuki sebisa mungkin berisi
orang-orang yang memang memiliki kebiasaan yang baik. Abu Hasan Asyadlili pernah
berwasiat, “Janganlah engkau melangkahkan
kaki, kecuali untuk sesuatu yang menjadi sebab datangnya Ridla Allah. Janganlah
duduk di suatu majlis kecuali majlis itu aman dari murka Allah. Janganlah
bersahabt dengan seseorang kecuali bisa mengingatkan taat pada Allah. Janganlah
berteman dengan seseorang kecuali bisa menambah keyakinanmu pada Allah.”
Jika ada organisasi yang
memiliki karakteristik seperti itu, saran saya, langsung ikuti. Jangan ragu
untuk bergabung. Karena insya allah organisasi seperti itulah yang bisa menjadi
media belajar terbaik kita. Kita bisa mengembangkan diri, mengembangkan
wawasan, mengasah mental, meperbanyak kawan, punya tempat untuk saling berbagi,
punya wahana untuk untuk melatih kreativitas, dan yang terpenting, kita bisa
saling mengingatkan antara satu anggota dengan anggota yang lain jika ada salah
satu di antara anggota yang sudah