Selalu ada
cahaya di balik kegelapan, selalu ada kemudahan di setiap kesulitan, dan selalu
ada harapan di setiap ketidakpastian. Selalu ada jalan keluar dan solusi. Terus saja bergerak
Orang-orang
besar yang hidup sebelum kita memiliki kesulitan yang jauh berat dibanding
dengan yang kita hadapi saat ini. Contohnya, para pejuang kita. Mereka memiliki
semua alasan untuk menyerah. Saat memperjuangkan kemerdekaan, sebagian besar
hanya bersenjatakan bambu runcing. Sedangkan musuh memiliki senjata lengkap dan
canggih. Apa mereka berputus asa dan menyerah? Tidak. Asa merekalah yang
membuat mereka bertahan saat itu yaitu mengharapkan kebebasan yang merdeka.
Hasilnya? Kita adalah penikmat hasil perjuangan mereka di masa lalu. Bayangkan
saja, jika mereka tak punya harapan di masa itu dan menyerah dengan keadaan,
dapat dipastikan kita tidak akan pernah merasakan hasil kemerdekaan seperti
hari ini.
Asa atau
harapan adalah satu-satunya alasan kenapa kita terus bertahan hidup dan ingin
terus mengembangkan diri. Seseorang yang memiliki harapan dan cita-cita besar
dalam hidupnya, ia akan menjalani hidupnya dengan penuh optimis dan semangat.
Ia akan terhindar dari aktivitas yang sia-sia dan tak bermanfaat. Ia tidak akan
pernah menyerah dengan keadaan yang kelihatannya tidak berpihak kepadanya. Dia
hanya meyakini bahwa setiap ada aksi maka akan selalu disertai reaksi, setiap
kerja keras akan menghasilkan keajaiban diluar dugaan. Dai meyakini, dengan
kerja keras tanpa henti disertai dengan do’a memohon petunjuk dari-Nya, ia akan
dapat meraih apa yang menjadi cita-cita dan harapan hidupnya.
Fakta ini
tentu akan berbeda dirasakan oleh orang yang tak memiliki cita-cita dan harapan
dalam hidupnya. Hari-harinya akan diisi dengan nongkrong di pinggir jalan,
bermain kartu dan bahkan mengambil hak orang lain dengan mencuri serta
merampok. Ia selalu memandang negatif setiap langkah hidup yang ia jalani. Ia
lebih sering memandang hidup ini dengan penuh kesulitan, beranggapan tak ada
jalan untuk berkembang, selalu menemukan jalan buntu dan menganggap tak ada
jalan keluar, tertutup dengan rapat. Sehingga wajar, selama ia menjalani hidup
ini seperti tanpa arah yang jelas. Oleh karena itu, tidak jarang kita
mendengar, orang-orang yang menjalani hidupnya seperti ini kadang rela
mengkhiri hidupnya dengan cara-cara tragis yang dilarang oleh agama.
Itulah yang
akan dilakukan oleh orang-orang yang tertutup mata hatinya. Yang tidak mampu
melihat cahaya Allah. Dia melupakan Allah sang Maha segala-galanya, sang Maha
penunjuk jalan dan Maha pemberi solusi. Ia lupa bahwa Allah Maha penolong atas
setiap kesulitan dan seberat apapun bentuknya. Ia juga lupa bahwa Allah akan
senantiasa membuka lebar-lebar pintu rahmat dan hidayah-Nya kepada setiap
hamba-Nya yang mau mendekat kepada-Nya.
Sungguh sangat memperihatinkan menyaksikan perjalanan hidup
orang-orang yang menjalani hudupnya dengan cara seperti ini. Ia lupa bahwa
Allah Maha mampu memberi jalan kehidupan yang jauh lebih baik dan bahagia. Ia
jutru lebih memilih hidup di jalan kehinaan dan kesengsaraan. Ia juga lupa
bahwa Allah membawa kabar bahagia dengan firman-Nya,
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan”. (Q.S Al-Insyirah: 5-6). Dalam ayat lain, Allah juga
menguatkan dan menegaskan, “Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuan hmba-Nya…” (Q.S Al-Baqoroh: 286)
Ayat-ayat di atas mengisyaratkan bahwa, tak ada kesulitan yang tidak
dibarengi dengan kemudahan. Satu kesulitan selalu diapit oleh dua kemudahan.
Tak ada jalan buntu, selalu ada jalan keluar dari setiap kemelut kehidupan yang
dihadapi. Selalu ada cercah cahaya di balik kegelapan, dan selalu ada harapan
untuk menggapai hidup lebih baik di saat semuanya terasa akan sirna.
Islam sangat melarang keras ummatnya berputus asa."Jangan Pernah Putus Asa". Karena,
berputus asa sesungguhnya adalah sikap pengingkaran terhadap kemaha kuasaan
Tuhan. Bukankah Tuhan mahakuasa atas segala-galanya? Bukankah Tuhan menyatakan
dalam firman-Nya bahwa Dia tidak akan memberikan ujian kepada hamba-Nya diluar
batas kemampuannya? Bukankah Tuhan yang menyatakan bahwa setiap manusia pasti
akan diuji untuk mengetahui siapa di antara mereka yang paling baik amalanya?
Bukankah Tuhan menjanjikan balasan berupa kebaikan serta kebahagiaan bagi
orang-orang yang sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan yang menimpanya? Jika
demikian jelas dan terangnya firman Tuhan dalam kitab suci-Nya, lantas mengapa
kemudian kita putus asa atas rahmat-Nya? “Dan janganlah kalian berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah,
kecuali orang-orang kafir.” Demikian disebutkan dalam salah satu firman-Nya.
Putus asa hanya akan membuat hidup semakin susah. Putus asa hanya
akan menjadikan jiwa kita kerdil. Putus asa hanya akan menutup pintu-pintu
kebaikan. Putus asa hanya akan menutup pintu-pintu solusi. Putus asa hanya akan menjauhkan diri dari
kebahagiaan. Putus asa hanya akan mendatangkan kemarahan Tuhan.
Jadi, yang mesti dilakukan saat ujian itu datang adalah
tetaplah bersabar dan lakukan ikhitar semaksimal mungkin untuk mecari solusi
terbaik, seraya berdo’a memohon petunjuk kepada Tuhan untuk dimudahkan jalan
keluar atas setiap masalah yang dihadapi dan dijaga untuk tetap berada di
jalan-Nya.