Cerita
ini saya peroleh dari pengalaman pribadi saat berbelanja di sebuah toko yang
cukup lengkap. Barang-barang yang dijual sangat beragam macamnya, dari yang
harga ribuan sampai ratusan. Dan dari barang sederhana sampai penjualan tiket
kereta api ada di toko ini. Jumlahnya di Indonesia sangat banyak, toko ini
didirikan sampai ke pelosok desa-desa. Jika di kota-kota besar, jarak 100 m
hampir selalu ada.
Ceritanya
dimulai dari saat saya menemani seorang teman dari Lampung mencari jaket yang
akan digunanakan untuk mendaki gunung. Sepulang kami mendapatkan jaket
tersebut, saya minta agar bisa istiharat sebentar di toko yang menjudal sandal.
Kebetulan saya sedang mencari itu. Alhamdulillah tidak sampai 10 menitan, kami
sudah mendapatkan sebuah toko yang sudah familiar dengan para masyarakat
indonesia.
Saya
langsung masuk dan mencari barang yang menjadi kebutuhan saya. Setelah
mendapatkan sandal, saya mencari tambahan untuk membeli produk handbody untuk
kaki pecah-pecah. Saya langsung menanyakan keberadaan barang itu ke pelayan
toko san langsung saya ditunjukkan dimana biasa barang itu ada. Dan tanpa
berfikir panjang, saya langsung mencari rak yang memuat tersebut dan ketemu.
Begitu
saya menemukan rak barang tersebut, saya melihat ada satu handbody kulit yang
terpajang disana. Dan tanpa pikir panjang, saya langsung ambil barang tersebut
dan memasukkan ke dalam plastik kemudian langsung ke kasir untuk menylesaikan
pembayaran. Setelah itu, kami langsung meluncur pulang.
Sesampai
di asrama, betapa kagetnya saya saat membaca keterangan handbody kulit tersebut.
Ternyata yang saya beli itu bukan untuk kulit pecah-pecah tetapi untuk kulit
berbulu. Lebih tepatnya untuk menghilangkan bulu pada daerah tangan, betis dan
lain sebagainya. Saya langsung tepuk jidat. “Kenapa saya bisa salah beli ya?”,
gumam saya. Kenapa saya tidak membaca dulu keterangannya saat saya berada di
dalam toko tersebut? Kenapa saya langsung memasukkan begitu saja pada saat
membelinya?. Hampir saya membodoh-bodohkan diri, tapi untung karena iman saya
kuat, aksi tersebut tidak jadi saya lakukan...hehe (sok alim dikit).
Cerita
di atas mungkin kelihatan sederhana dan hampir dari semua kita mungkin pernah
mengalaminya. Yang ingin saya sampaikan adalah, betapa kekuatan BUDAYA
MEMBACA itu sangat penting untuk kita miliki. Bayangkan jika yang kita beli
itu barang-barang yang jauh lebih mahal dan dalam proses penggunaannya kita
tidak meperhatikan tata aturan yang sudah diberlakukan, bisa jadi kerugian atau
bahkan hal lebih buruk bisa saja terjadi pada kita. Bayangkan jika seorang
dokter tidak melakukan budaya membaca pada saat meresepkan obat ke pasiennya,
bisa jadi obat yang di rumuskan kacau balau dan berbahaya bagi pasiennya. Bayangkan
jika kita sedang bepergian kemudian tidak membaca petunjuk jalan yang di pajang
disepanjang jalan, kita mungkin dengan mudah akan tersesat.
Budaya
membaca harus dibiasakan karena hanya dengan membaca kita bisa menyelami
sejarah dunia, kita bisa mengetahui para tokoh besar islam sepanjang sejarah. Oleh
karena itu jangan heran, jika kita belum kemana-mana dari tempat duduk
sementara usia tak berhenti berjalan, terus saja bertambah karena kita
meninggalakan salah satu perintah Allah yaitu membaca. Sejarah mengajarkan kita
bahwa Bung Hatta karena saking cintanya membaca, ia pernah ketiduran
berbantalkan dan berselimut buku. Sejarah juga menjelaskan, pada saat beliau
pindah rumah, waktu yang diperlukan untuk menyusun buku-buku yang dimiliki
sampai dua bulan.
Oleh
karena itu, agar kita tidak cepat tergilas oleh kemajuan zaman, mari tambah
terus wawasan dan ilmu kita agar kita mampu bersaing seiring perubahan zaman. Satu-satunya cara mengupdate
diri adalah dengan melakukan dan membiasakan aktivitas membaca.Kitapun tidak akan menanggung resiko jika tak membaca.
Membaca itu sangat penting apalagi kita sebagai mahasiswa, harus banyak-banyak membaca untuk menambah wawasan.membaca membantu kita untuk mendapatkan pengetahuan yang banyak, dan banyak mendapatkan hal baru yang tidak kita ketahui.jadi budaya membaca harus ditingkatkan.
ReplyDelete