3

Sebagai guru, saya juga sering “MEMBODOH-BODOHKAN siswa, MENGGOBLOK-GOBLOKKAN mereka”. Itu saya  lakukan karena saking jengkelnya, saking keselnya atas ketidakpahaman mereka pada materi yang telah diberikan dengan detil.

Tetapi itu DULU... DULUUUU sekali....

Sudah dua tahun ini saya mulai menyadari kalau cara berfikir itu amat sangat keliru dan salah. Bahkan sekarang,  jika saya mulai berfikiran seperti itu, maka pada saat itu juga saya menganggap diri sebagai GURU yang paling BODOH, TOLOL nan GOBLOK.

Sudah menjadi kodrat, bahwa setiap kita (manusia) sudah Allah bekali dengan potensi yang luar biasa dan berbeda-beda. Dan perbedaan itu tidak ada yang diberikan secara timpang, Allah memberikannya secara adil, seadil-adilnya.

Begitu pula para siswa. Mereka adalah manusia unik, yang  dikaruniai dengan kemampuan dahsyat yang berbeda-beda. Dan tentunya usaha yang akan digunakan untuk memunculkan potensi itu tidak bisa menggunakan cara yang sama. Kita tidak bisa menggunakan alat yang sama saat ingin membengkokkan lidi dan besi. Ibarat seorang dokter saat memberikan resep kepada para pasiennya. Ia tidak bisa memberikan resep obat tanpa memahami terlebih dahulu apa penyakit yang di derita oleh si pasien. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika sang dokter memberikan resep yang sama kepada seluruh pasiennya, bisa jadi penyakitnya tambah parah malah bisa juga akan mematikan si pasien.


Guru mestinya mengerti  dan memahami konsep ini dalam memandang setiap siswanya di kelas. Hendaknya guru juga harus menyadari  bahwa “mengharap setiap siswa agar mengerti setiap materi yang ia sodorkan adalah hanyalah sebuah ilusi yang tak berkesudahan”. Kemudian saat siswa ogah-ogahan mengikuti proses pembelajaran dan sulit memahami suatu materi pelajaran yang diberikan, siswa dicap sebagai seorang yang BODOH.

Disnilah letak kelirunya. Jika guru sudah menyadari bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda-beda, mereka seharusnya memaklumi keadaan siswa tersebut. Tidak lantas memaksa kehendak agar siswa sesuai dengan yang mereka inginkan. Ini berarti seperti meminta siswa untuk menjadi orang lain, bukan dirinya. Kalau aktivitas seperti ini terus berkelanjutan, sesungguhnya seorang guru sedang mengubur hidup-hidup jiwa siswanya.

Sekolah sudah seharusnya tidak hanya menjadi wadah menanamkan konsep materi pelajaran, tapi lebih dari itu. Yakni, harus mengutamakan penanaman nilai-nilai moral dan menumbuhkembangkan potensi setiap siswa yang sebelumnya telah tertidur, bukan sebaliknya. Dan tanggungjawab mulia itu diemban oleh GURU.

Oleh karena itu, baik sekali jika setiap guru belajar MEMAKLUMI kondisi ini dan selalu berupaya untuk selalu berinovasi agar bagaimana pembelajarannya semakin baik. Dan yang paling penting adalah selalu berorientasi pada MENGGALI POTENSI apa yang dimiliki oleh setiap siswa.
GIMANA CARANYA??? Inilah yang harus kita pikirkan bersama-sama....


#Ini hanyalah pandangan saya....     

Post a Comment

  1. sunguh menarik artikel ini untuk dibaca oleh para calon pengajar dan orang yang sudah terjun didalam dunia pendidikan, memang benar setiap insan itu tercipta dalam keberagaman.maka benar sekali para pendidik itu tidak pantas mengecap peserta didiknya dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan.karna ucapan itu merupakan do'a,disamping merusak karakter anak,guru itu juga akan dicap sebagai guru yang tidak baik dalam diri siswa itu seperti halya guru itu mengecap anak tersebut,satu kata yang terucap mengatakan KAMU BODOH sudah banyak kebencian yang tertanam dalam hati seorang siswa.bisa direnungkan oleh para pengajar apa kah termasuk guru yang di rindukan hadirannya atau guru yang tidak di harapkan kehadirannya.sungguh berkesan guru yang tidak bisa dipahami pelajaran yang di ajarkan namun membukakan pintu yang lain artinya memberi semangat dan motivasi pada bidang lain bila saat itu hati siswa terketuk dan bisa diujutkan seumurhidupnya siswa itu akan mencritakan dan menyebut jalan-jalan kesuksesannya. karna manusia itu tabiatya senang dipuji dan benci pada sesuatu yang menghinakannya.ada ungkapan mengatakan:jaga hatimu ketika dalam solat,jaga pandaganmu ketika berada di hadapan banyak orang,jaga lisanmu ketika dalam pembicaraan.

    ReplyDelete
  2. benar pak, kalo kita menyadari apapun semuanya pasti akan kita kembalikan kepada diri kita, termasuk menyadari potensi yang dimiliki siswa, dalam mengajar bukan kata-kata negatif yang seharusnya dilontarkan oleh seorang guru karena kebiasaan murid akan meniru hal-hal negatif yang dilihat dan didengar dari guru, jika yang besar dan sudah banyak garam aja negatif gimana yang baru tumbuh.,mengucapkan kata-kata positif di depan siswa juga akan sangat berpengaruh kepada siswa, apalagi siswa yang mungkin saja ketika belajar tidak fokus karena adanya masalah yang tidak diketahui oleh guru,kata-kata positif akan membantu meringankan masalahnya dan ia akan punya harapan lagi untuk bangkit walaupun mungkin sebenarnya masalah yang dihadapi besar, karena kata-kata juga mempunyai kekuatan yang bisa mempengaruhi seseorang...be positive

    ReplyDelete
  3. Kebanyakan guru guru tua yang pikiran nya kolot

    ReplyDelete

 
Top