5
Sumber: Google

Oleh: Muhammad Hifni

Seorang siswa bertanya kepada Gurunya,

Siswi: “Pak Guru, boleh ngambil waktunya sebentar?”
Guru: “Dengan senang hati (sambil tersenyum). Gimana-gimana?”
Siwi: “Gini Pak, saya sedang senang-senangnya menulis status di FB bergaya saling mengingatkan, mendakwah gitu dah.”

Guru: “Mmm.... Bagus itu, hebat. Lanjutkan dan istiqomahkan.”
Siswi: “Tapi masalahnya gini Pak, beberapa hari ini ada yang nginboks saya, mereka tak jarang langsung menghardik saya karena merasa tersinggung, mencibir saya dan bilang saya sok suci (diam).”
Guru: “Terus....?”
Siswi: “Saya harus bagaimana Pak. Apa saya harus berhenti sampai disini saja atau sebaliknya. Mohon  pencerahannya!”

Baca juga:

Ujian Hidup Akan Selalu Manusia Lalui


Guru: “Nak.... Bersyukurlah karena ananda memiliki hati seperti itu. Itu sesungguhnya dari Allah, tak banyak siswa yang dianugerahkan hati seperti ananda. Saran pak guru, terus lanjutkan, jangan pernah berhenti, apalagi sampai disini. Yang paling penting dikuatkan dan diingat, setiap status yang dilayangkan, jangan sampai diniatkan untuk menghakimi satu orang, menjelek-jelekkan satu orang. Tapi harus disampaikan secara universal, apalagi sampai akan menyebut nama. Sebaiknya dihindari itu. Dan mengenai ada yang mencibir ananda atas status tersebut, jangan terlalu diambil hati, anggap saja itu sebagai ujian pemantik semangat kita untuk tetap istiqomah mendakwahkan ajaran agama suci kita. INGAT, dalam perkara seperti ini Nabi saja seorang yang kita kenal sebagai kekasih Allah dulunya DIMAKI, DIUMMPAT, DIGUNJING, bahkan pernah dilempari KOTORAN UNTA saat memberikan dakwah. Beliau punya alasan untuk marah dan membalas saat itu.  Apa beliau marah,  jengkel? Sama sekali tidak. Beliau hanya bilang, “mereka belum tau”. Jika bercermin dari yang dialami oleh para Nabi, kita belum ada apa-apanya Nak. Oleh karena itu, ananda harus tetap semangat, istiqomah di jalan ini. Biarkan mereka mencibir dan memaki, tak perlu diladeni. Jika mereka tersinggung, ada kemungkinan mereka memang sesuai dengan yang kita sampaikan. Jika sudah demikian, sebaiknya kita bantu lewat doa, semoga mereka dan kita semua selalu dipelihara dalam pelukan hidayahNya. Amiiin.”

Baca juga:

Katanya S2, Gitu Aja Ko’ Ndak Bisa !!!


Siswa: “Nggih Pak Guru. Kalau begitu, Insya Allah Bismillah... Saya akan tetap istiqomah di jalan ini.”
Guru: “Gitu dong, (sambil tersenyum kecil). Nak... setiap kita sesungguhnya pendakwah. Jangan kira berdakwah itu hanyalah urusan para Tuan guru, Kiyai dan Ustz/ah. Tidak sama sekali. Kita harus ikut ambil bagian, dengan cara kita. Yang penting tidak keluar dari ajaran syariat agama kita.”
Siswi: “Nggih Bapak. Alhamdulillah saya lebih paham sekarang.  Makasi pak Guru.”
Guru: “Sami-sami (sambil melemparkan senyum kembali).”

TAMAT
#Salam Literasi

 

Post a Comment

  1. Setuju pak... Melakukan sesuatu yang benar dan tidak melanggar syariat ngapain harus mundur,,maju terus pantang menyerah

    ReplyDelete
  2. Bukan hanya di medsos,,untuk mnegur seseorang di dunia nyata saja kami2 masih ragu pak,bukan permasalan di maki atau apa tapi sering kali seorg yg dkira blm dewasa atau blm berumah tangga lalu mmberikan sbuah nasehat itu selalu di anggap remeh atau disepelekan.

    ReplyDelete
  3. Membaca artikel yang bapak tulis ini, mengingatkan saya kepada cerita salah seorang guru(masyaikh) yang menceritakan tentang kisah seorang ayah dan anak yang membawa tunggangannya.. setiap apa yang mereka lakukan selalu saja ada kata-kata dari orang, dan tentunya bapak juga tau cerita ini.
    Jadi disekitar kita ada dua macam orang, ada yang senang dan ada yang tidak senang, ada yang mendukung dan ada yang menentang, ada yang setuju dan ada pula yang tidak dan lain sebagainya.
    Setiap yang kita lakukan, selalu ada saja kata dari orang-orang baik itu perbuatan yang menurut kita baik maupun sebaliknya. Jadi jangan terlalu difikirkan, selama itu tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan, kerjakan sudah...!!

    ReplyDelete
  4. sangat baik nasehat dan renungannya,
    disinal kita belajar dan menerima kehidupan bersosial, agar tidak sedikit-sedikit memponis orang salah, paling tidak kita kembali mengambil ibrah (pelajaran) kepada orang-orang yang lebih besar dan udah suskses dengan hinaan dan perkataan orang, karena orang yang besar banyak mencontohkan dengan akhlak ataupun dengan cara-cara yang lain, itulah yang perlu kita cermati bersama dan marilah kita mengambil pelajaran dengan masalah itu,
    marilah kita mulai berbenah diri jikalau kita udah berbuat hal-hal yang negatif, karean menurut saya kita salah melihat orang dari titel/pangkat (S1,S2,S3, guru, temen dan sahabat-sahabat). Yang perlu kita kita lihat bagai mana akhlak, cara bicara, cara menyampaikan sesuatu yang tidak membuat orang tesinggung, itulah yang dapat saya simpulkan dalam artikel ini,,,

    salam satu jiwa,
    berbenah diri dalam agama
    membuat insan menjadi mulia
    dihadapan Tuhan Yang Maha Esa

    biarkan pendusta berbuat apa
    asalkan kita tidak sepertinya
    marilah kembali kepada sunah dan firmanNYA.

    ReplyDelete
  5. hidup.....
    ada yang suka dan tidak..
    pandai-pandailah dalam menanggapi cemohan orang.

    ReplyDelete

 
Top