0
Sumber: Google
Sudah menjadi sifat dasar manusia selalu ingin dipuja dan dipuji. Saat ia mendapatkan perlakuan tersebut, ia biasanya tidak tahu akan bersikap seperti apa, biasanya ia akan berasa terbang melanglang buana, kepala terasa tiba-tiba besar, berasa diri paling sempurna dan seterusnya. Singkatnya, puja dan puji akan membuat seseorang lupa diri, lupa atas kaki sedang berdiri dimana, lupa atas diri sedang berada di planet bumi pertiwi.

Padahal jika disadari pujian yang berlebihan itu sesungguhnya akan dapat merusak hati setiap yang dipuja. Makanya sebagai wanti-wanti Rasulullah memberikan nasehat dalam hadistnya melalui sahabat,”Kami diperintahkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk menyiramkan pasir ke wajah orang-orang yang memuji.” (HR. Muslim no. 3002). 

Hadist ini menunjukkan betapa berat dan bahaya dampak pujian “berlebihan” terhadap seseorang. Ini terlihat dari betapa Rasulullah memberikan perhatian lebih pada bab ini, sehingga beliau memberikan peringatan secara tersendiri.

Sebaliknya, manusia sangat anti dengan kritikan. Saat mendapat kritikan, biasanya rata-rata selalu mencari alibi atau alasan untuk mementahkan krikitan yang sudah diberikan. Tak perduli siapa yang memberikan kritikan, tak perduli itu benar adanya pada dirinya, sebagian besar mereka akan mencari bantahan dan pembenaran atas apa yang sudah dilakukan. 

Mestinya mereka harus sadari bahwa untuk melihat ada tidaknya kotoran dibagian wajah, kita butuh perantara, kita butuh untuk bercermin. Artinya kadang ketidakbaikan kita, sangat jelas mudah dilihat oleh orang lain dan luput dari kita. Oleh karena itu, ketika ketika kita mendapatkan kritikan -meski sangat pedas- jangan cepat-cepat membantah, siapa tahu itu benar adanya. Pikirkan, renungkan dan terjemahkan dengan hati, baru dikeluarkan dengan bahasa lisan. Jangan lantas menghardik yang mengkritik, berasa selalu benar dan menganggap yang mengkritisi tidak punya dasar. Ini salah besar dan total.

Saat kritikan itu menghampiri kita, maka berkacalah. Lihatlah diri kita, adakah persis sama dengan yang disangkal, yang tidak kita sadari selama ini. Jika benar, bukankah ini sangat membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, pribadi yang bertambah sempurna dari hari-hari sebelumnya. Harusnya kita berterima kasih pada mereka yang mau memberikan masukan atas kesalahan yang selama ini kita lakukan. 

Oleh karena itu, belajarlah untuk selalu menerima semua keritikan sebelum langsung membatahnya. Karena jika benar, kita bisa langsung memperbaiki dan tidak selalu dilihat sebagai sebauh kesalahan bagi orang lain. Jika sebaliknya tidak benar, maka kita bisa jadikan ia sebagai referensi agar tidak menjadi pribadi yang seperti itu, dan tentunya langsung memberikan masukan serta penjelasan secara pribadi kepada yang mengkritisi bahwa yang disampaikan itu tidak benar. 




Post a Comment

 
Top