oleh:
Muhammad Hifni
Jangan bilang saat pacarmu memutuskanmu, kemudian engkau
kecewa dan merasa tersakiti lantas karenanya engkau beranggapan sedang
TERZOLIMI. Selanjutnya dengan predikat TERZOLIMI yang engkau tunaikan untuk
diri sendiri itu engkau gunakan untuk berdoa agar Sang Maha Kuasa menimpahkan
azab pada mantan yang telah memutuskan dan mengecewakanmu. Ahh... Sungguh
engkau salah alamat dan salah besar.
Kondisi ini tak ada bedanya dengan maling yang kepergok mencuri
dan diamuk masa hingga berdarah-darah tak bertenaga. Kemudian karena kondisi
ini, maling tersebut kita anggap “sedang teraniyaya dan terzolimi”. Bukan,
pencuri itu bukan dizolimi tapi sedang mendapat balasan atas kelakuan buruk
yang telah dilakukannya. Nah...Begitu juga seperti pada kasus diputusin,
disakiti, dikecewain akibat pacaran. Karena pacaran itu memang tidak dihalalkan
dalam Islam.
Jangan bilang pacaran itu hukumnya boleh-boleh saja. Dengan
menggunakan alibi, “yang penting kita tetap bisa menjaga diri, yang penting
kita tidak melakukan apa-apa, selama digunakan untuk saling memotivasi, saling
menguatkan, dan saling memperbaiki diri, pacaran itu sah-sah saja”. Jika
kalimat-kalimat ini kalian jadikan sebagai alat pembenaran, itu salah alamat dan
salah tempat.
Saudaraku, saudariku, akhiku, ukhtiku, memang tak ada satupun
dalil secara jelas yang menerangkan bahwa pacaran itu hukumnya HARAM. Tapi
sebagai manusia berakal, mestinya kita harus lama berfikir dan merenung.
Kita semua paham dan tahu, bahwa yang namanya hubungan
pacaran itu akan selalu membawa para pelakunya untuk senang duduk berduaan,
untuk bahagia berpergian (baca: kencan) berduaan, dan sudah menjadi rahasia
umum ketika dua sejoli sedang tamasya, mereka tak pernah merasa cukup dengan
waktu 1 jam, 2 jam, atau 3 jam. Tapi mereka butuh setengah hari full dan bahkan
kadang bisa seharian bersama. Anehnya waktu yang segitu, kadang dianggap masih
kurang. Coba bayangkan, sudah seharian tapi tetap saja merasa masih kurang.
Saudaraku, saudariku, akhiku, ukhtiku. Kita pasti pernah
mendengar hadist Rasulullah tentang tidak bolehnya berduaan dengan orang yang
bukan muhrim kita, yakni “Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat
(menyendiri) dengan seorang wanita kecuali ada mahram yang menyertai wanita
tersebut.” (HR. Bukhari
& Muslim).
Jika
kita mau berfikir sejenak, hadist ini memberikan kesimpulan bahwa, duduk berduaan
dengan yang bukan muhrim, terlebih pacaran tidak diperkenankan oleh Islam. Makanya
jangan terlalu heran ketika dua insan saling menyukai dan duduk berduaan, kemudian
ternyata syahwat mereka menguasai diri masing-masing hingga terjadi hal-hal
yang tak diinginkan.
Mari
saling menjaga diri, saling menasehati demi perbaikan generasi indonesia dan
agama di masa mendatang. Memulainya tak perlu dengan membuka pengajian, membuka
kajian dan sejenisnya. Tapi cukup mulai dari diri sendiri, sentuh orang-orang
yang terdekat dengan kita, orang-orang yang kita sayang dan seterusnya.
#Salam
Literasi dan Selamat Pagi
betul banget pak,, kalau diputusin sama pacar itu kan. kita bisa mengoreksi diri yang lebih baik lagi,,ada apa dengan diri kita kenapa diputusin oleh pacar.?
ReplyDeleteoleh karena itu,marilah kita sadar diri,mungkin ada kesalahan yang telah kita perbuat pada orang lain,sehingga orang itu tidak suka dengan sikapnya kita. Dan didalam pacaran itu sangat banyak sisi negatifnya daripada fositifnya.
"hilang satu tumbuh seribu". cinta dan kasih sayang yang benar2 itu ada pada kedua orang tua. Allah maha mengetahui mana yang terbaik untuk diri kita, diputusin..... no problem..yakinlah Allah telah menyediakan yang terbaik untukmu.
ReplyDeleteseharusnya yang diputusin bersyukur kalo diputusin karena bisa jadi itu adalah tanda bahwa dia bukan jodoh terbaikmu n itu adalah cara Tuhan menyelamatkan kita dari kubangan dosa...yang masih pacaran udah putusin aja
ReplyDeletesegala prinsip kehidupan tergantung pada kesadaran diri kita sendiri pak ...sekuat kuat nya org menasehatii kita tentang hal2 yg di larang agama ..kalao bukan kita sendirii yg berpkir dan menyadarinya hal tsb salah maka . . . segala perbuatan kita akan tetap kjln yg sama yakni ke jalan yg salah.maka kembali kepada diri kita sendiriii.
ReplyDeletekita harus meintrofeksi diri,, apa salah kita sehingga kita di putusin sama dia, jangan merasa di zolimi, toh jga kta harus bersukur di ptusin karna di be lakang ada jodoh yg lebih baik menanti kita, Allah tidak akan rela menjodohkan orng yg baik dngan yang jahat, pasti jika kita baik maka jodoh kita pun baik, bgitu jga sebalikx,,,
ReplyDeletesoooo bener kata bapak,, jangan pacaran, tuggu aja jodoh itu datang dari Tuhan
Right,,!bukan hnya itu saja pak,,kadang seseorang lebih perhatian atau peduli sama pacarx saja bukan keluarga atau org tuanya,ada juga org lebih taat atau patuh terhadap pcarx ketimbang org tuax,kids jaman now emg beda😁😁😁
ReplyDeletedi jaman sekarang ini pacaran memang sangat sulit untuk di hindari, namaun pacarn maupun ndknya itu tidak berpengaruh tergantung kita yang menjalaninya, bisa atau tidaknya menjaga diri. terlebih di zaman modern ini. banyak sekali budaya barat yang mulai masuk dan mengerogoti pikiran para generasi muda, untuk itu mari kita saling memperingati,,,jika belum mampu mengajak paling tidak mari kita mulai dari diri kita sendiri baru merujuk kepada orang lain.
ReplyDelete#senyum tulus#